Jumat, 03 Januari 2014

Pablo Neruda : Sonnet XVII: Love

I don't love you as if you were the salt-rose, topaz
or arrow of carnations that propagate fire:
I love you as certain dark things are loved,
secretly, between the shadow and the soul.

I love you as the plant that doesn't bloom and carries
hidden within itself the light of those flowers,
and thanks to your love, darkly in my body 

lives the dense fragrance that rises from the earth.

I love you without knowing how, or when, or from where,
I love you simply, without problems or pride:

I love you in this way because I don't know any other way of loving
but this, in which there is no I or you,

so intimate that your hand upon my chest is my hand,
so intimate that when I fall asleep it is your eyes that close.

Saya jatuh cinta mendadak saat baca puisi satu ini, mungkin karena pas banget yah, hati saya yang rapuh ini cieeehh...lagi melabuh pada seorang lelaki bermata greek green dengan senyum yang menawan haduh...!! kok malah melantur gini toh yaahh...padahal kan mau bahas Pablo Neruda

Yukkk intipp...

Pablo Neruda (lahir di Parral, sebuah kota sekitar 300 km di selatan Santiago, Chili, 12 Juli 1904 – meninggal 23 September 1973 pada umur 69 tahun) adalah nama samaran penulis Chili, Ricardo Eliecer Neftalí Reyes Basoalto.

Neruda yang dianggap sebagai salah satu penyair berbahasa Spanyol terbesar pada abad ke-20, adalah seorang penulis yang produktif. Tulisan-tulisannya merentang dari puisi-puisi cinta yang erotik, puisi-puisi yang surealis, epos sejarah, dan puisi-puisi politik, hingga puisi-puisi tentang hal-hal yang biasa, seperti alam dan laut. Novelis Kolombia, Gabriel García Márquez menyebutnya "penyair terbesar abad ke-20 dalam bahasa apapun". Pada 1971, Neruda dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Sastra.

Pada masa hidupnya, Neruda terkenal karena keyakinan-keyakinan politiknya. Sebagai seorang komunis yang vokal, ia pernah sebentar menjadi senator untuk Partai Komunis Chili di Kongres Chili sebelum terpaksa mengasingkan diri.Nama samaran Neruda diambil dari nama penulis dan penyair Ceko, Jan Neruda; belakangan nama ini menjadi nama resminya.

nah...segitu doank dulu yahh..soalnya otak lagi gak konsen mau bahas masalah ini, karena terlalu banyak hal yang ada di kepala ini gara2 dengar lagu ressa herlambang yang meloww bangett... 

Kamis, 02 Januari 2014

Laki Laki Juga Bisa Nangis Kok..

Ada hal menarik di sini, di berbagai hal aku menukan fakta yamng bertolak belakang dengan teori yang berkembang. Dimana seorang lelaki yang menangis, lelaki yang mengeluarkan air mata itu gak gentle, gak laki, gak macho, gak strong. Halowww ini zaman apa? kenapa yah banyak pikiran yang muncul kaya gitu. Padahal nih ya, Tuhan kan kasih air mata tuh buat semua orang biar bisa terapi hatiii, nangis itu terapi hati lohh biar biar bisa plang pleng plung plong....benar kann kalo habis nangis itu bikin legaaa?? yang cowok2 hayoo jawabb.

Hmmm topik ini menjadi menarik bagi saya karena hari ini saya mendapat pertanyaan yang agak menggelitik dari si mas bule.

" If i crying like yesterday..what do u thinking about, do u think iam week and strong to be a man, cause sometime i need a time to be crying". Oh God...pertanyaanya bikin otak saya muter2 di tempat, gimana bisa pikiran yang sama muncul di kepala banyak orang, dan uniknya lagi ,muncul di kepala orang yang notabenenya hidup di lingkungan barat, yang katanya arogant, yang kata orang sombong, angkuh, tapiiiii ada juga yang melowww lohh. yahh kaya mas bule saya ini. Dannn gak semuaaa bule itu rasiss, ada juga yang lemah lembut, pedulian, penyayang. Nah si mas bule saya ini dia menangis sesenggukan gara2 nonton film yang bercerita tentang lelaki yang hidup sendiri, miskin dan selalu menderita. Ohh God, betapa rapuh hati lelaki ini, betapa melihat air matanya itu membuat saya berpikir untuk semakin mencintainya, untuk semakin menjaga hatinya.

Dan dengan pertanyaan itu, saya tak menjawab apa2, hanya memberinya senyuman yang saya usahakan datang dari hati saya yang paling dalaaaaam banget, biar dia paham bahwa nangis itu gak akan buat harga dirinya di lucuti dan bendera deutsland berhenti berkibar di dadanya.

Nahh saudara..saudarraaa..terutama nih yang kau adam, nangis itu gak akan buat kalian jadi berubah wujud jadi perempuan kok dan juga akan memaksamu pakai lipstik, tapi nangis itu terapi hati, terapi jiwa, nangis ajeee selama lu bisa nangis...sayang lohh Allah dah kasih anugrah air mata tapi kaga di pakeee... hehhehe

Sipp dehh...sampai jumpa lagi yee...

Rabu, 01 Januari 2014

All About German

GERMAN
Jerman sangat mengutamakan peraturan dan disiplin, dan mereka melakukan dengan sangat serius. Di mata beberapa orang, dalam banyak kasus, orang Jerman kaku, tidak fleksibel, dan bahkan sedikit tidak manusiawi.
Jerman mengutamakan peraturan tentang kebersihan dan kerapian. Di Jerman, baik taman, jalan-jalan, atau teater atau tempat-tempat umum lainnya, dan di mana-mana terlihat rapi. Jerman juga menekankan peraturan untuk memakai pakaian pada tempatnya. Saat bekerja memakai pakaian kerja, saat di rumah meskipun Anda bisa berpakaian santai, tapi selama ketika ada tamu datang, atau pergi keluar, anda harus berpakaian rapi. Di teater, para wanita mengenakan rok panjang, atau setidaknya mengenakan pakaian gelap.
* Menghargai waktu *
Jerman sangat menghargai waktu, jika ada janji, tidak akan berubah waktu dengan mudah. Orang Jerman jika diundang ke rumah orang lain atau pergi keluar untuk mengunjungi teman, akan tiba dengan tepat waktu , tidak membuang-buang waktu dengan datang lebih awal ataupun terlambat.
Di Jerman jika tidak ada acara khusus, mereka harus menghargai tetangga sekitar dengan tidak diperbolehkan menbuat kebisingandari pukul 20:00-8:00 hari berikutnya. Jika ada acara khusus, harus minta izin di awal ke tetangga-tetangga. Jika tidak, akan menuai protes dari tetangga dan bahkan akan dikasuskan polisi.
* Tulus dan fokus pada etiket *
Berurusan dengan orang Jerman tidaklah memiliki banyak kesulitan. Dalam kebanyakan kasus, yang bisa mereka lakukan, mereka akan segera memberitahu Anda “bisa melakukannya.” Di mana mereka tidak dapat dilakukan, mereka jelas akan memberitahu Anda “Tidak”, atau memberi jawaban yang jelas. Tentu saja, tingkat hubungan pribadi tidak akan pengaruh pada hubungan pekerjaan.
Mirip dengan kebanyakan negara Barat, Jerman lebih memperhatikan etiket. Mereka bertemu, selalu menyapa “Hello.” .Bertemu dengan teman mereka akan berjabat tangan dulu. Jika teman lama mereka akan saling memeluk. Pada acara formal mereka juga akan mencium tangan wanita sebagai rasa hormat.
Memberi hadiah adalah sangat dihargai di Jerman. Ketika diundang ke rumah orang lain, biasanya datang dengan hadiah. Kebanyakan orang dengan karangan bunga, beberapa tamu laki-laki dengan botol anggur, ada juga yang membawakan buku atau album. Dalam menyambut para tamu (seperti stasiun, bandara dan tempat-tempat lain) untuk mengunjungi pasien, banyak juga mengirimkan bunga. Biasanya mereka langsung membuka hadiah di depan pemberi dan mengucapkan terimakasih.
Di Jerman dan negara-negara Barat lain, perempuan adalah prioritas. Seperti saat antrian mereka akan mendahulukan perempuan. Dalam berbicara dengan rekan kerja, orang Jerman sangat berhati-hati untuk menghormati satu sama lain. Jangan tanya urusan pribadi orang lain (seperti usia wanita).
 
Etos Kerja Orang Jerman
Max Weber: The Spirit of Capitalism
Bertindak rasional
Berdisiplin tinggi
Bekerja keras
Berorientasi sukses material
Tidak mengumbar kesenangan
Hemat dan bersahaja
Menabung dan berinvestasi

Duabelas tahun periode Adolf Hitler merupakan aib bagi bangsa Jerman yang sebelumnya dikenal sebagai negara yang telah melahirkan filsuf-filsuf besar, penulis, komposer, dan ilmuwan setara Albert Einstein. Sisi gelap itu terus membayangi bangsa ini, hingga kini.

”Mungkin akan sulit bagi orang asing untuk mengerti betapa beban masa lalu itu telah memengaruhi bangsa Jerman di segala hal,” kata Klaus Liedtke, Pemimpin Redaksi National Geographic Jerman, yang dilahirkan pada tahun 1944. ”Selama 20 tahun pertama setelah perang berakhir, kami selalu dihadapkan dan diingatkan pada rasa bersalah itu dan kami tidak bisa hidup normal,” katanya. ”Tahun-tahun kehidupan awal saya sangat berat. Saya selalu merasa malu dengan negara saya. Dan di sekolah semua keburukan ini diajarkan dan ditanamkan. Sulit bagi kami untuk merasa bangga terhadap negara ini. Karena yang orang luar lihat tentang Jerman hanyalah 12 tahun masa kepemimpinan Hitler, bahwa Jerman adalah negara yang menyerang Eropa dua kali dan melakukan kejahatan perang,” ujarnya.

Berdasarkan survei yang dilakukan Eurobarometer, Jerman memiliki peringkat terendah di antara 25 anggota Uni Eropa dalam hal kebanggaan nasional (national pride). Sedangkan survei yang dilakukan majalah Spiegel terhadap 1.000 responden bulan Maret 2005 menunjukkan bahwa nilai ”kesadaran nasional” (national consciousness) merupakan nilai yang paling rendah (26-31 persen) di antara nilai-nilai lainnya yang dianggap penting dalam kehidupan rakyat Jerman. Nilai yang tertinggi peringkatnya adalah kejujuran dan integritas (81-83 persen).

Adakah ini semua berkaitan dengan beban sejarah itu? ”Ya. Setelah perang dunia berakhir, kami berhasil dengan baik di bidang ekonomi, tapi kami tak terlalu berhasil dalam cara kami memperlakukan masa lalu,” kata Marianne Zepp, Ketua Departemen Sejarah dan Demokrasi dari Heinrich Boll Foundation. Zepp menganggap sisi gelap sejarah Jerman sebagai ”bagian dari identitas” bangsanya. Sisi ini akan muncul ke permukaan setiap kali warga Jerman dihadapkan pada pertanyaan menyangkut perang dan perdamaian, isu Israel dan Yahudi, ataupun isu rasisme dan radikalisme.

Generasi pasca-Perang Dunia II adalah yang paling merasakan beban ini karena setidaknya ada anggota keluarga mereka yang ”tersangkut” dengan aib itu. Prof Dr Wolfgang Wippermann, ahli sejarah modern dari Friedrich-Meinecke Institut, Freie Universitat Berlin, mengenang betapa ia dan rekan segenerasinya sulit untuk terbebas dari ikatan ”keterlibatan” itu.

”Saat itu saya masih mahasiswa. Pada sebuah pertemuan anti-fasisme di tahun 1970-an, saya mengajukan usul agar kita berbicara tentang generasi orangtua kita. Saya katakan bahwa ayah saya adalah kapten di militer Jerman (SS, Schutz-Staffel), lalu orang di sebelah saya mengatakan, oh ayah saya kolonel di situ, lalu ada juga yang mengatakan bahwa ayahnya adalah pejabat penting dalam kepemimpinan Nazi, sampai akhirnya seorang politisi ternama dari Partai Hijau angkat bicara dan mengatakan, ayah saya adalah Albert Speer (arsitek yang dikagumi Hitler dan sejak 1933 membangun gedung-gedung representatif di Berlin, Munchen, dan Nuernberg—Red),” kata Wippermann.

”Kesimpulannya, seluruh generasi kami adalah anti-fasis, namun mereka memiliki fascist relation. Ini mungkin sebuah kesalahan yang menjadi penyebab mengapa kita tidak terlalu sukses di tahun 1960-an untuk mengajari masyarakat bagaimana berhadapan dengan masa lalu,” katanya.

Proses panjang

Penerimaan terhadap aib di masa lalu menjadi sebuah proses panjang dan bertahap. Usai PD II negeri ini hancur berkeping-keping dan ada sekitar 10 juta penduduk yang kehilangan tempat tinggal. Belum lagi para pengungsi yang terusir dari kediamannya setelah wilayah Jerman dipangkas berdasarkan kesepakatan Postdam. Rakyat Jerman memang tak memiliki pilihan. Untuk bisa bertahan hidup, mereka harus bangkit dan berkonsentrasi penuh pada gagasan ”pembangunan kembali”. Membangun kembali ekonomi, kota-kota yang hancur, dan tentunya membangun kembali kehidupan mereka.

”Rakyat Jerman harus bekerja untuk bertahan hidup. Selama 30 tahun mentalitas ini berkembang bahwa Anda harus bekerja keras setiap hari, bahwa Anda harus menciptakan keajaiban ekonomi, dan seandainya Anda berhasil mungkin tetangga-tetangga Anda akan melupakan kejahatan yang telah Anda lakukan di PD II. Dengan kata lain, rakyat Jerman saat itu telah membantu memunculkan etos negeri ini yang dikaitkan dengan kerja keras dan mengejar pertumbuhan ekonomi,” kata Klaus Liedtke.

Pihak Sekutu mengerahkan segala cara agar militerisme Jerman tidak bisa bangkit lagi, antara lain melalui ”De-Nazifikasi”. Di satu sisi, Sekutu ingin ”menghukum” Jerman, tapi di sisi lain mereka juga berhati-hati dalam langkahnya agar rakyat tidak berpaling pada komunisme jika perekonomian memburuk.

Perang Dingin pada akhirnya mengubah pendekatan Sekutu. Hal itu tercermin dalam kebijakan ekonomi yang diterapkan melalui Marshall Plan atau Europe Recovery Programme. Pada intinya, AS menganggap bahwa sebuah Eropa yang sejahtera membutuhkan kontribusi ekonomi dari sebuah ”Jerman yang stabil dan sejahtera”.

Marshall Plan telah ”berjasa” dalam hal mendepolitisasi industri, di mana industri lebih terfokus pada peningkatan produktivitas. Karyawan yang rela digaji rendah, tingkat aksi pemogokan yang rendah, dan menurunnya karakter militansi dalam tubuh asosiasi buruh, ikut mempercepat pergerakan ekonomi di Jerman. Inilah yang disebut psikologi ”rebuilding”. (Mary Fulbrook, hal 182).

”Jangan lupa, bangsa Jerman tidak bangkit dengan sendirinya. Selain ada Marshall Plan, Jerman juga memperoleh keuntungan dari Perang Korea tahun 1950 dan Perang Vietnam,” kata Sven Hansen, editor Asia-Pasifik surat kabar Die Tageszeitung.

Kesuksesan ekonomi menjadi faktor signifikan dalam mengarahkan rakyat Jerman untuk komit terhadap nilai-nilai demokrasi. ”Demokrasi bukan hanya soal parlemen atau pembagian kekuasaan antara eksekutif dan legislatif. Demokrasi juga sangat terkait dengan masa lalu sebuah bangsa dan ketika kita menyadarinya bahwa kesalahan itu tidak boleh terjadi lagi,” kata Wippermann yang bangga bahwa para mahasiswanya yang berusia 30 sampai 40 tahun lebih muda dari dirinya dan sama sekali tak memiliki kontak dengan periode Hitler, tetap kritis dalam menilai sejarah Jerman.

Tujuan kita bukanlah bagaimana menguasai masa lalu, tapi bagaimana kita belajar dari sejarah, dan kemudian menjadikannya sebagai bagian integral dari identitas nasional kita,” lanjutnya.
Inilah hasil demokrasi yang sesungguhnya. Sebuah proses yang patut ditiru bangsa kita yang sangat mudah melupakan masa lalu.
 
copas dari  http://graciarori.blogspot.de/2010/10/adat-istiadat-etos-kerja-orang-jerman.html

Tahun Baru dengan Harapan Baru

Yihaaaaaaa... 
Gak kerasa yahh waktu berganti dan musim telah berlalu. Dan kini 2014 menuju. sebelumnya saya mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2014 buat semua sahabat dan pembaca semoga segala harapn dan keinginan tercapai tahun ini dan kita mampu mendapat yang terbaik dan menjadi yang lebih baik.

Sebenarnya hari saya malah gak ada ide mau nulis apaan dan lagi mandek ide, yah sebenarnya mah mandeg ide tiap hari sih hahhaa. Tapi berhubung ini hari pertama di tahun 2014 dan juga halaman pertama dalam 365 halaman buku kehidupan saya berikutnya. Saya ingin menulis di sini, menemai jenuh, mengukir harapan, menuliskan segala mimpi-mimpi yang saya bawa dari tanah air.

Pengalaman pertama dan luar biasa saat merasakan gegap gempita tahun baru di tanah lain, bumi lain, benua lain, ahhh untung bukan dunia lain. hahhaha. Sehingga saking excitednya saya tak mampu memejamkan mata sampai jam 1 dini hari, ohh gooodd hasilnya saya telat bangun pagi dan mangkir janji sama mas bule, padahal kemerin dah mantep banget tuh mau datang jam setengah sepuluh, ampe belai2in ijin kemama. Hadehhh bangun2 malah jam 9. Tapi syukurnya si dia paham betul adat wanita aneh satu ini hihihi.

Ehh...kok jadi ngalor ngidul yah..padahalkan mau cerita tahun baruan. Yah semalam saya ampe nangis dan berhujan air mata hikksss....sambil mandangin kembang api dan langit yang menjelma warn-warni, yahh gimana tidak euforia tahun baruan di daratan Eropa ini sungguh beda dengan kampung kecil saya yang nunnnn jauhhhhhhhh di sudut Sumatra Barat sana. Sampai membuat banyak postingan di facebook saking galaunya saya, hahaha hadehhhh baru saja sebulan di sini dah homesick, gimana kalo ampe tue yaaa.. bisabisa kurus kerempeng saya. Agggjhhh tidak, demi mimpi hidup itu harus berani yah.

Yahh...tahun baru, hari baru, pacar baru hahahaha. Benar2 keterlaluan syukur banget saat nulis ini si mas bule gak ngintilin kalo gak kan ribeeeeeett mesti nerjemahin tiap tulisana yang isinya malah aneh sejagad hahha.

Okeyyy plenndd...mumpung di sini masih pagi dan saya sudah janji menemani si mas bulenya olahraga. Jadi saya harus akhiri tulisan yang kaga jelas ini. 

HAPPY NEW YEAR 2014 sahabat...
Mari  mulai dengan segala yang baik, menjadi yang baik, untuk yang terbaik. Ciaaaooo.....

Timer

About

Seseorang yang sedang belajar menulis, masih belajar dan terus belajar.

The Visitor of My Blogs

Flag Counter