Minggu, 06 Maret 2016

Ketika Rindu Kemana Aku Akan Mengadu

Ada degup melebihi segala detak
Kala sebuah pesan mendarat manis bersama senja
"Ni..! Abak damam". Katanya dari seberang
Runtuh seketika pertahananan
Rindu kian dingin menghujam
Melebihi 1 derajat kota ini

Bak, ini rindu segala rindu
Pada senyum hangatmu di bilik hatiku
Adakah baik-baik saja?
Adakah semua masih sama?
Ragamu yang kian lelah dan lemahkah?

Bak, ini rindu yang kian rindu
Ah baru menjelang tiga hitungan minggu
Aku meninggalkan pintu rumah dengan sedu.
Ada hangat membanjir pipi
Melebihi hujan kala cuaca minus membelah kota

Bak, hanya doa yang mampu kutitip
Pada langit yang sama di benua yang entah
Langkah ini tatih, kepulangan masih entah kapan.
Detak ini sesak; entah kapan dekap membawa sedak.

Bak,hanya harap melantun langit.
Menjelma bintang separuh gerhana
Meski gelap mungkin seluruh
Namun cahaya ini gemilang,bergemuruh

Bak, rasanya pahit sungguh-sungguh
Kala kudengar kabar membuat luruh
Sehatlah selalu, karena bumi yang kita pijak sungguh jauh.

Bak, rasanya lemah segalaku
Ketika rindu menjadi api membiru
Meski baru hitungan minggu
Dan tahun akan tua,Bak.
Pada temu yang masih tunggu.
Entah kapan...

Dan sehatlah selalu,
Karena segera Engkau akan punya cucu.
Bak, Kuatlah...karena tanpamu Amakku akan jatuh
Ahhh...Bak, meski tak pernah terkata
Segalanya di sini tersmapta
Bahwa cinta dan nafas atasmu akan tetap menjadi doa.

Bak, sehatlah..
Karena kaki Amakku ada padamu dan segala yang berumah.
Dan sehatlah selalu, untuk nyawa yang baru hidup di darahku ini.

Arnstadt 21.02
06032016

Saat rindu benar-benar biru, aku beku dalam dingin 2 derajat yang membunuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Comment :)

Timer

About

Seseorang yang sedang belajar menulis, masih belajar dan terus belajar.

The Visitor of My Blogs

Flag Counter