Sabtu, 15 Februari 2014

Pada Sekilas Rindu Di Matamu

Pagi yang datang, senja yang hilang, kamu yang pulang adalah matahari yang sempurna di dingin kota ini, sehingga pekat kalap, dan diam memucat, entah apa lagi yang akan datang, kala senja padam, matahari tenggelam, kau bawakan padaku sekejapan angan.

Serupa pekat sayang, rindu ini kian kilat, aku taku terbakar, sebelum waktunya menyalakan pepucuk api, mungkin esok di tahun yang tak lagi sama aku mampu kembali, pada matamu yang menyiratkan seribu mimpi, yah pada sekilas rindu di matamu yang tak mampu di sebut biru.

Kamis, 06 Februari 2014

Pada Masa Kecil Yang Rindu

Sebelum tidur, pada kaba yang selalu mengiring gesekan biola Abak, kepiawaian merenda kalimat menjadi ceritacerita bernada. Pada senyum yang melingkar di bibir Amak. Ahh masa kecil yang sayang, meski bermain dengan kata malang.

Bahagia yang sederhana, Mak tawa yang sempurna, Bak. Aku rindu, pada masa yang tak akan lagi kembali. Masa kanak yang jauh dari sunyi, kala besepeda di pundak Abak. Kala berbaring di pangkuan Amak.


Ahhh...betapa masa cepat berlari, semakin menua segalanya kini. Bahkan bungsumu telah dua puluh tahun lebih,Mak. Apalagi aku si tengah yang mada katamu. Dan sulungmu yang telah memberimu cucu.


Uihh...aku rindu mak....pada masamasa berlarian pergi mengaji, melewati belukar selebat mimpi, bahkan tak jarang tersaruk pada semen panjang yang patah itu, hanya demi menghindari senja yang jatuh. Menyeberang pangian setiap pagi. Dengan sobekan sepatu, rumah bambu, dan lumpur lumpur yang mengering di merah putihku. Tak jarang, aku dan sulungmu itu jadi tawa sebaya, jadi olokan yang kaya, karena sekolah tak punya gaya.

Aihhh, betapa tak lupa aku Mak, susahnya menanam padi, peliknya menebar benih, pahitnya menuai hari, jadi gembala setiap hari, bahkan tak jarang di marahi. Lantaran aku salah membawa pulang ternak, karena lupa.


Ahh,Mak, betapa ngiang di telingaku, gunjingan ibuibu tentangmu yang tak pernah berganti baju, yang tak pernah tau merek sepatu terbaru, apalagi lokak dari beludru.



Tapi sabar di matamu emas, Mak, tabah di hatimu berlian, hingga kilaunya diam sampai kini, dan cahayanya tak pernah mati. Dan kami, tiga cintamu akan selalu berterima kasih.

‪#‎taragakjomsokanakkanak‬

Timer

About

Seseorang yang sedang belajar menulis, masih belajar dan terus belajar.

The Visitor of My Blogs

Flag Counter