Beberapa kriteria yang kumaksudkan sebagai “novel
seksi” adalah:
Pertama
Memiliki “pesan moral” yang dibangun secara sadar
sejak awal oleh penulisnya, direfleksikan, direnungkan, didalamilah (refrensi
atau permenungannya), agar pesan moral itu hadir dengan kuat dalam karya. Ini
bukan berarti lantas kudu buat novel ceramah ala ustadz-ustadz produk
infotainment yang pada nyebelin itu. Bukan. Nggak ada pembaca yang suka
diguruin. Tapi disentuh hatinya. Karena itu pesan moral itu harus hadir seiring
dengan alur cerita. Kata-kata kecil si tokoh cerita atau permenungan si penulis
atas suatu hal bisa disertakan sebagai pesan moral.
Dan, ingat, semakin Anda mampu menghadirkan pesan
moral yang dalam, detail, dan kuat (tanpa harus berkhutbah), berarti karya Anda
semakin bermakna dan menarik untuk diterbitkan dan dibaca orang lain.
Karenanya, sangat penting untuk memilih dan memilah pesan moral apa yang ingin
Anda bangun dalam karya. Pilihan pesan moral ini sekaligus mencerminkan
kapasitas Anda kan selaku penulis. Maka perhatikan dengan seksama pesan moral
yang Anda pilih dan bangun.
Kedua,
Teknis. Bayangin baca novel isinya narasiiiiiii aja
sampe satu halaman penuh. Huahh, capek banget! Atau baca novel yang nggak jelas
siapa pengucap sebuah kalimatnya, apalagi nggak nyambung antar satu dialog
dengan dialog lanjutannya, antar satu paragraf dengan paragraf lanjutannya.
Karena itu, baca dulu dong karyamu sebelum dikirimkan
ke penerbit. Begitu usai menulis, jangan langsung kirim, karena pasti bawaanmu
ini novel terbaik banget. Ya iyalah, sebab ikatan emosi penulis dengan karyanya
masih sangat padu, belum berjarak. Coba diamkan dulu barang tiga hari atau
seminggu, lalu baca ulang. Ketahuanlah bopengnya dimana-mana dan bisa
disembuhkan dulu kan.
Juga sangat penting untuk membaca novel-novel orang
lain. Dengan membaca novel orang lain, Anda akan mendapatkan pengetahuan
bagamana teknis menulis yang baik. Dialog gimana. Penokohan gimana, Logika
cerita giman. Dan sebagainya.
Ketiga,
Tema. Pilihan tema sangat menentukan mutu karya
Anda. Mengapa sih kok kudu cintaaaaaaa mulu yang jadi tema utamanya. Emangnya hidup
hanya tentang cinta aja? Nggak kan. Soal cinta kemudian hadir dalam karya Anda,
sebagai lapisan tema penunjang, it’s ok. Tapi kalau cinta jadi tema utama, di
mana si A ketemu si B di sekolah, di mall, lalu jatuh cinta, jadian, berantem,
pisah, pacaran lagi, wadawwwww…..apa pentingnya sih buat kehidupan nusa dan
bangsa agar terbebas dari korupsi ini? Haaa…nggak banget ya!
Aku senang sekali mendapatkan novel Wangi, Xie Xie
Ni De Ai, dan Senja di Alexandria (ini hanya misal) yang meskipun ada poin
cintanya, tapi begitu menarik dibaca halaman demi halamannya karena pilihan
tema yang menarik seperti soal pendidikan, perjuangan hidup di luar negeri,
hingga pencarian jati diri.
Keempat,
Detail. Sebagai pembuat cerita, tentu Anda harus
mampu membangun detail, baik itu berkaitan dengan setting, alur, konflik,
hingga pesan moralnya. Detail ini hanya akan bisa Anda bangun jika Anda
menguasai betul secara keseluruhan bangunan kisah yang Anda tulis. Semakin Anda
menguasainya, maka akan semakin detaillah karya Anda. Semakin detail karya
Anda, berarti semakin kuatlah jalinan konflik dan penokohan karya Anda.
Detail dan tebal itu dua hal yang berbeda. Bahwa
seringkali novel yang detail itu cukup tebal, ini memang konsekuensi yang lazim
terjadi. Tetapi bahwa novel tebal itu pasti detail, ini belum terjamin
kepastiannya. Maka menciptakan detail tidak sama dengan menebal-nebalkan novel.
Novel Bercinta dalam Tahajjudku, misal, tergolong tipis untuk ukuran
novel, tapi begitu detail membangun konflik tokohnya, sehingga sangat menarik,
penuh suspense, karenanya mampu membuat setiap pembacanya bertahan
halaman demi halamannya sampai tuntas. Novel Menorah, Alif, dan Wangi,
misal, begitu detail (dan tebal), tetapi bukan ditebal-tebalkan, sehingga tetap
saja terus menarik untuk dibaca sampai habis.
So, kalau kita sepakat bahwa “cewek seksi” itu adalah
cewek yang “pas luar dalam” (ya dandanan hingga otaknya), maka novel seksi pun
adalah novel yang “pas luar dalamnya” (sajian teknis dan pilihan tema dan pesan
moralnya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Comment :)