Minggu, 18 Desember 2016

Karena Saya Ini Pemuisi

Karena tidak dikasih kesempatan membesarkan yang di sayang,menjaga yang pernah di kandungan,membesarkan cinta yang di damba,menjadi wanita yang seutuhnya,mungkin Allah lagi menyiapkan rencana lain yang tak pernah bisa di tebak.

Belajar sabar itu tidak mudah,berkata,'yang sabar,semua akan baik-baik saja',sungguh sangat mudah sekali. Saya bisa,yah saya bisa bilang saya sabar,saya iklas,tapi hati tetaplah manusiawi yang kadang rindunya melampaui batas iman.

Tapi di tengah kelemahan ini,kesakitan yang tengah berjuang untuk sembuh,tengah berperang untuk menahan tidak menangis,menjatuhkan air mata saat rindu,itu sangat tidak mudah,saat mencoba tersenyum saat menceritakan proses kelahirannya,menceritakan betapa aktifnya dia,menceritakan betapa bahagianya pernah bersamanya,itu tidak mudah,bagi yang belum merasakan,yang tidak merasakan akan mudah saja berkata,sungguh berkata itu sangat mudah.

Tapi segala hal,saya sadar,hidup saya ini hanya jembatan antara alam rahim dan alam kematian,saya sadar,kelak saya juga akan pulang,padaNya,pada Allah,yang telah membawa harapan saya itu terbang,saya sadar betul itu,tanpa harus di ingatkan,tanpa harus di debatkan,karena saya tahu betul,bahwa nyawa saya pun milik Dia,tapi sekali lagi atas manusia yang punya rasa luput,lupa,dosa dan hayalan,kadang mimpi saya yang tak sampai itu membawa air mata,yah saya menangis karenanya,jika saya harus memeluk tangan saya sendiri kala saya rindu pada yang ingin saya punya,rindu pada yang ingin saya timang.

Namun,berjalan itu tak pernah mundur,akan selalu maju,menata langkah pelan-pelan,perlahan,belajar menerima,entahlah ujian,cobaan bahkan mungkin azab di kehidupan,sehingga yang disayang di ambil duluan,atau mungkin karena Dia terlalu sayang,terlalu cinta,hingga sang bidadari pulang padaNya,sebelum sempat tersenyum dan membuka mata dan memanggil saya dengan sebutan Ma.

Hidup itu juang,perejuangan yang tak akan selesai,bahkan ketika tubuh berbalut kafan,hanya berharap saja,hati ini kuat,jiwa ini kian bermunajat dan kesempatan masih panjang,Dia adalah sebaik-baik perencana kehidupan,mungkin segala ketakutan dalam hatilah yang membuatnya membawa sang jiwa pergi,agar hati bisa lebih tabah,kokoh melebihi baja.

InshaAllah,saya masihlah pemimpi yang kepala di cahaya tak hendak menuju mati pun memadam,jadi,janganlah salahkan,jika masih dan masih ada puisi-puisi sakit dan rindu yang menjerit pada jiwa yang telah di peluk langit,karena sejatinya kawan,saya ini pemuisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Comment :)

Timer

About

Seseorang yang sedang belajar menulis, masih belajar dan terus belajar.

The Visitor of My Blogs

Flag Counter