Rabu, 21 Januari 2009

MERAIH PUNCAK MIMPI

Pagi menunjukan indah dilangit sana membawa berat langkah Altha.menuju tempat kerja untuk mencari sesuap nasi demi membesarkan adik kembarnya Lian dan Lyana.Tiap hari dia bekerja dari pagi sampai sore mebjadi tulang punggung kelurga kecilnya.Karena dari lima tahun yang lalu Dia dah gak punya orang tua lagi.Bapak dan ibunya meninggal saat Altha masih duduk di bangku kelas tiga smp dan meninggalkan dua adiknya yang masih kecil-kecil.Kerena dia anak sulung dan gak punya saudara dialah yang bertanggung jawab menjaga dua bocah malang Lian dan Lyana.Walau begitu Altha gak pernah mengeluh melekukan semua dengan ikhlas berharap suatu saat mimpinya terwujud mimpi untuk melanjutkan kuliah lagi untuk merubah kehidupan adik-adiknya.
Sudah empat tahun berlalu sekarang Lian dan Lyana sudah tumbuh menjadi bocah cilik yang cerdas.Altha dulu sudah kuliah di Universitas Andalas.Dengan biaya pemerintah dia mengambil jururan kedokteran tapi cuma untuk dua semester karena sekarang dia memutuskan bekerja demi adik -adiknya.Demi sekolah Lian dan Lyana dia rela putus kuliah karena baginya adiknya adalah harapan ubtuk lebih baik.Saat pikirannya diamuk hayal akan masa pahit yang selalu didapatnya Dia gak menyadari sedari tadi ada yang mengikuti langkahnya.Andini sahabatnya yang juga pemilik Safari cafe tempat dia bekerja.

"Tha..!". Andini engejar langkah Altha yang sedari tadi diikutinya tapi gak pernah dapat.Bukannya berhenti Altha sama sekali tidak mendengar teriakan Andini.Dia tetap melangkah dengan beribu pikiran yang menyelimuti benak pikirannya.
"Tha..!bareng dunk cepat amat jalanya".Cewek cantik itu mengejar Altha tapi Altha tetap tak mendengar.
"Tha..".Akhirnya wanita cantik itu dapat menyusul langkah Altha dan mensejajari langkah Altha.
"Andini?".Altha tampak kaget dengan adanya sahabatnya itu secara tiba-tiba.Andini tersenyum melihat raut muka sahabatnya yang berubah kaget.
"Makanya bu,kalo jalan tuh jangan trelalu serius di culik gak bakaln nyadar kamu kalo gitu jalannya".Altha cuma diam
"Eh kenapa seh lo cha?kok jalan sambil ngelamun gitu?".
"Ye..sapa yang ngelamun juga".Altha membantah tuduhan Andini.
"Aduh..bu dah keliatan lagi kalo lo tuh jalan sambil ngelamun.kalo lo gak ngelamun pasti denger dunk gue teriak manggil lo.Hayyo,,".
"Lo ada masalah?".Andini kembali bertanya.Altha cuma diam tak menyahut sahabatnya.Dia gak mau andini tau apa masalahnya,dia gak mau andini kembalidibuat repot dengan keadaannya,karen selama ini dia terlalu banya mrepotkan sahabatnya itu terutama kelurganya.
"Tuch kan lo diem lagi, mikirin apa seh?".
"Gak kok gw gak lgi mikir apa-apa". altha memilih bohong agar andini gak lgi mendesaknya. "Aku cuma kecapean aja kok". sambungnya menyakinkan Andini.
"Benar?".Andini masih merasa ada yang janggal dalam diri sahabatnya,tapi dia gak mau nambah beban pikiran Altha,apalagi altha gak akan cerita jika didesak karena dia gak suka itu.
"Beneran kok gw gpp". altha tersenyum.senyum yang dipaksain karena jauh dalam hatinya tersimpan gelisah yang tak menentu.Gelisah memikirkan Lyana yang terbaring sakit sedangkan dia gak punya biaya buat bawa adik bungsuny itu kerumah sakit. Dia gak mau pinjam ke Andini lagi karena utangnya udak gak kehitung bnyaknya ama andini walaupun aandini tidak akan mint a dikembalikan karena dia membantu Lillahi ta`Allah.
ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್

Selama bekerja Altha gak bisa fokus karena dia selalu kepikiran adiknya Lyana. Altha yang periang menjadi orang asing bagi tema-teman kejanya karena dia sama sekli gak menghiraukan gurauan temannya.Dalam pikirannya cuma satu cepat pulang dan merawat adiknya. Akhirnya waktupulang yang ditunggu datang juga tanpa pamit ama sabg bos Andini. Altha buru-buru pulang karena dia takut terjadi sesuatu dalam diri adiknya.
ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್

"Kak badan Lyana tambah panas kak".Lian adeknya menyambut Altha pulang dengan berita yang tak ingin didengarnya.
"Iya sayang kita harus bawa adik lya kedokter". Dengan perasaan tak menentu Altha menuju kamarnya.Lyana bocah yang baru berumur lima tahun ituterlihat pucat sekali, telah dua hari Lyana sakit tapi Altah gak punya biaya untuk membawa adiknya kedokter. Kelihatan sekali wajah cantik itu sendu dia gak tega melihat penderitaan adiknya yang masih kecil.
"Sayang..".Altha duduk disamping adiknya yang terbaring.
"Kak kepala Lya sakit kak". Lyana menangis.Altha memeluknya
"Lian tolong ambilkan kakak sapu tangan dan air ya buat ngompres kepala adik".Altha meminta Lian tuk membantunya.
Lian kembaran Lyana berlari meninggalkan kakak dan adiknya ubtuk mengambil apa yang di perintahkan kakaknya dan kembali dari dapur dengan membawa magkok berisi air.Altha mengompres kepala adiknya air matanya tak bisa dibendung melihat penderitaan adiknya, dia menangis. Dia terluka melihat adiknya terbaring lemah, ingin sekali di a yang menggantikan posisi adiknya, tapi dia gak mugkin sakit kalau dia sakit siapa yang akan menanggung kedua adik kembarnya.Dia sulung yang bertanggung jawab atas adik-adiknya semenjak ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu.Dia jadi ingat sosok ibunya wanita yang lemah lembut dan penuh kesabaran tapi apa hendak dikata Dia dah dijemput pemiliknya.

Altha ditinggal ibunya masih berumur empat belas tahun.Ditinggal dengan tanggung jawab yang gak mugkin dijalaninya tapi ternyata dia mampu mejalaninya sehingga telah empat tahun berlalu.Selain dua adiknya orangtuanya meninggalkan sebuah rumah petak yang sangat sederhana, tapi dia masih mensyukuri karena itu dia masih bisa tinggal.Dan orang tuanya juga meninggalkan sebuah kalung emas berbentuk hati dengan inisial 'S' dan 'F'. Tapi dia gak pernah tau apa arti inisial itu dan dia bertekad ubtuk tidak menjualnya dan menyimpan peninggalan orang tuanya sampai adiknya dewasa dan butuh biaya buat sekolah.Dan sekarang adiknya itu terbaring sakit dan harus dibawa kedokter,namun dia tetap kukuh menjaga amanah orang tuanya untuk menjga samapai adiknya dewasa kelak.Altha tertidur sambil memeluk adik kembarnya.
Altha terbangun setelah mendengar panggilan mulia seorang muadzin di mushola dekat rumahnya. Dia melihat dua adiknya masih tertidur, lyana panasnya dah mulai berkurang. Kemudian dia bangun dan megambil wudhu dan sholat dengan khusyu`nya sampai dia tidak menyadari air matanya yang bening mengalir yang menyiratkan luka yang mendalam.

"Kak..". Lian terbangun dan mencari Altha.
"Kamu dah bangun sayang?". Altha berdiri dari duduknya dan melipan sajadah serta mukenahnya.Dia meraba kening Lya sudah gak panas lagi. Tapi dia bingung ppapakah dia masuk kerja dengan taruhan meninggalkan adiknya yang masih lemah atau bolos kerja tapi gak dapat uang untuk megobati adiknya.Air matanya kembali mengalir.
"Kakak nangis ya". tanya Lian adiknya.
"Gak kok sayang tadi mata kakak cuma kelilipa aja jadi berair kaya gini". dia membohongi adiknya karena dia gak mau adiknya yang masih kecil jadi terbebani.
"Kakak jangan sedih ya,lian bisa kok ngejagain dek Lya klalo berangkat kerja".Lian memeluk altha dan dia berusaha menghibur Altha. Lian kecil seakan mengerti kesedihan kakaknya tapi Lian memang mengerti yang dialami kakaknya walau masih lima tahun lian adalah yang pinta dan cekatan. Dialah yang menjaga Lya selama Altha bekerja.

Dulu altha adalah siswa berprestasi sehingga dia dapat mengecap bangku kuliahandan menjadi mahasiswa teladan. Tapi karena dua adikny ayang masih kecil dan sering sakit dia memutuskan untuk cuti kuliah dan membiarkan mimpinya demi amanah orang tuanya. Walau mimpinya tak pernah pupus untuk mencapai cita-citanya. Cita-cita tuk menjadi seorang dokter spesialis anak. Mugkin semua itu tinggal harapan yang akan terkubur bersama kemiskinannya karena dia gak punya uang untuk melanjutkan kuliahnya lagi walau kesempatan itu masih ada tapi dia tidak yakin bisa meraihnya.Meraih puncak mimpinya yang dah terlalu tinggi.
ಹ್ಚ್ಚ್ಚ್ಚ್ಚ್ಚ್
"Hai tha..". Sebuah suara menyapanya. Dia dah hapal suara itu tanpa menolehpun dia tau kalo itu Andini sahabatnya.Tapi dia tetap tak menoleh dan terus kerja.
"Serius banget kerjanya". Andini melangkah ketempat altha yang lagi membereskan pekerjaannya.
"Ya kalo gak serius ntar gw lo pecat lagi". Altha tersenyum.
"Yach lo kan sobat gw bu gak mungkin lah gw pecat".
"Eh bu gamana kabar sikembar?''.andini bertanya karena dia dah kangen ama adik Altha yang lucu dan menggemaskan itu.
"Lyana lagi sakit". Altha menjawab pelan. walaupun pelan bagi altha tapi bagi Andini itu adalah bom.
"Hahhh!!!! Lyana sakit?sejak kapan?trus dah lo bawa kedokter cha?". Andini kaget sehingga banyak pertanyaan terlontar dari mulutnya.
"Belum din,aku gak pnya uang bayar rumah sakit". Altha menjawab menjawab matanya basah membayangkan derita adiknya.
"Ya tapi kan ada gw cha, masa lo kaya gini lo anggap apa gw slama ini cha?ini tuh masalah serius cha. Sekarang lo ikut gw dan kita bawa Lya kerumah sakit hayyo..". Andini mengandeng tangan Altha untuk dibawa pulang dan membawa Lya kerumah sakit.Altha cuma melongo gak mengerti tujuan sahabatnya itu.
Andini menarik tangan Altha dan membawa kemobilnya.Selama dalam perjalan mereka hanya terdiam.Tak stupun yang mebuka percakapan cuma bising kendaraan yang kedengaran selama perjalanan mereka.Cuma lima belas menit mereka dan ampe dirumah Altha yang sangat sederhana.Andini memarkir mobilnya dijalanan dengan tujuan cepat membawa Lyana dan tidak repot.Setelah itu sama-sama menuju rumah altha dari dalam tampak seorang bocah lelaki yang tak lain adiknya Altha atau kembarannya Lyana.
"Kakak dah pulang?".Lian bertanya degan polos karena biasanya dia melihat kakaknya pulan kerja jam lima sore tapi ini baru jam satu siang.Alth tidak menjawab dia berlari masuk kamar dimana adiknya Lya terbaring tak berdaya.Sementara andini memeluk Lian dengan haru dan menerangkn kelian kalo mereka bakal membawa Lya kerumah sakit.Altha dan Andini mengantar lya kerumah sakit dan selama dalam perjalanan mereka juga kembali terdiam.Samapi dirumah sakit Andini dan Atha membawa lya keruangan Dokter Heru dokter keluaraga Andini.Setelah itu mereka keluar dan menuggu berita dari dokter.Andini dan Altha tampak cemas cuma lian yang tampak tenang mungkin karena dia tidak mebgerti apa yang dialami kakakny.
Lima belas menit berlalu dokter Heru keluar dari ruang periksa.Altha dan Andini berjalan kearahnya.
"Gimana keadaannya dok?".Andini mendahului Altha bertanya pada dokter Heru.
"Alhamdulillah keadaannya dah membaik syukur kalian cepat membawanya kesisni".Dokter heru menjawab dengan tersenyum.
"Mank adik saya kenapa dokter?".Kini giliran Altha yang bertanya pikirannya dipenuhi berbagai peryataan Dia gak bisa membayangkan kalo adiknya itu harus dirawat dirumah sakit.
"Dia cuma terkena demam biasa tapi kalo terlambat mungkin bisa berlanjut".Dokter muda itu menjelaskan pada Altha dan Andini.
"Makasih ya dok".
"Ya lo din kaya orang lain aja pake panggil dokter lagi".Dokter Heru tersenyum melihat tingkah Andini.Sebenarnya Andini dan Dokter Heru sudah saling kenal dan mbersahabat.Kemudian dokter muda itu berlalu dari Altha dan andini karena masih banya pasien yang butuh pertolongan.

Sepeninggal dokter Heru Andini dan Altha masuk keruangan dimana Lyana diperiksa.Gadis kecil itu udah bisa tersenyum Altha sangat terpukul melihat kenyataan itu.
"makasih banyak ya din".
"Buat apa cha?".Andini bingung.
"Lo dah baik banget ama gw".Andini cuma tersenyum tulus sambil memeluk Altha.
"Gw kan sahabat lo cha jadi gw berkewajiban bantuin lo".
lalu mereka membawa Lyana pulang keruamah Altha selama dalam perjalanan kesdihan Altha mulai berkurang melihat lyana dan lian mulai bercanda lagi.
ಫ್ಫ್ಫ್ಫ್ಫ್ಫ್ಫ್ಫ್ಫ್
Setiap pagi biasanya Altha berangkat kerja dan berangkat dengan jalan kaki.Hari ini hatinya dah mulai tenang lyana dah sembh jadi Dia tidak terlalu cemas meninggalkan mereka berdua dirumah karena Lian dan Lyana tak pernah berantem.
"Cha bapak kasih kamu dispensasi selama satu tahun.Jika satu tahun kamu gak kembali masuk kuliah terpaksa biaya siswa prestasi kamu kami cabut sebenarnya sayang sekali kamu harus istirhat kuliah kamu mahasiswi teladan dan berprestasi"Kata-kata dekannya masih terngiang dibeak kepalanya.kata yang diucapakan sepuluh bulan yang lalu jadi cuma dua bulan lagi masa istirahatnya.dia bingung memikirkan apa yang akan dilakukannya jika Dia kuliah dua bulan lagi gimana dengan nasib adik-adiknya.Tapi jika dia tidak melnjutkan kuliah bagaimna dengan mimpinya mimpi untuk menjadi seorang Dokter.Tapi dia dah bertekad untuk memilih jalan terbaik Dia vakum kuliah asalkan adiknya dapat pendidikan yang layak aplagi Tahun ini Lyan dan Lyana harus masuk sekolah kalo Dia kuliah siapa yang akan membiayai adiknya.

Altha berjalan dengan melamun karena berbagai hal merasuki benaknya sehingga dia merasa kepalanya pusing dan berat.Disaat dia ingin menyeberang dipertigaan jalan mau membelok kekafe tempat dia bekerja dari sampingnya datang sebuah mobil BMW warna silver dengan kecepatan sedang Altha yang kepalanya lagi pusing tidak melihat ada mobil di sampingnya dan tak ayal lagi kecelakaan yang tak diininkan itu terjadi.Alyha terpelanting ketrotoar dan pingsan sementara mobil yang menabrak Altha tidak kenapa-napa sehingga tampak pengendara yang berpenapilan rapi dan berwibawa keluar dari mobil dengan panik dia panik melihat Altha terkapar tak berdaya.Dengan bantuan orang-orang sekitarnya Dia memasukan altha kemobil dan melarikan kerumah sakit.
ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್ತ್
"Ada apa qih?".Terlihat seorang dokter bertanya pada pengemudi yang tadi menabrak Altha.Ternyata anak muda itu bernama Fiqih dan sepertinya cukup dikenal dirumah sakit itu.Fiqih adalah seorang Dirut sebuah hotel berbintang yang tak lain anak dari pemilik rumah sakit itu.Altha dibawa keruang VIP dan Fiqih keliatan sangat cemas karena dia tidak bisa menghubungi kelurga Altha karen altha tak punya tanda pengenal.Maka Fiqih memutuskan menghubungi papanya biar papanya bisa membantunya.Dan dia ingin Altha ditangani ayahnya biar gak ada lagi rasa bersalah.
Tak lama kemudian tampak seorang dokter yang raut mukanya mirip sekali dengan Fiqih.Dia dokter Gunawan Direktur utama rumah sakit ini dan juga seorang dokter yang sangat dikenal karena keramahannya.
"Gimana qih?".Dokter Gunawan menghampiri fiqih dengan langkah tergesa-gesa.
"Maaf pa tadiaku kecelakaan dan menabrak seoranggadis sekarang dia ada diruangan VIP".fiqih menjelaskan kepapanya wajahnya tampak cemas dan khawatir.
"Kamu gimana dan sekarang gimana keadaan gadis itu?".
"Dia pingsan pa,tapi aku alhamdulillah gak apa-apa kok pa".
"Kamu dah hubungi keluraganya?".
"Belom pa,gak ada yang bisa dihubungi dia gak punya tanda pengenal".
"Mugkin bisa lewat handponenya cari petujuk".
"Gak ada pa,dia gak punya hp makanya fiqih bingung pa".Fiqih menjawab wajahnya tampak cemas dan lelah.Dia takut terjadi sesuatu ama gadis yang telah jadi korbanya itu.
Setelah berdiskusi dengan papanya fiqihmasuk keruangan perawaran Altha.tampak gadis itu msih terbaring lemah.
"Gimana dok keadaannya?".Fiqih bertanya pada dokter Benny yang dipercayai untuk menangani Altha.
"Alhamdulillah..Dia gak apa-apa cuma shock aja dan paling bentar lagi dia siuman".
"Ada masalah gak dok ama dia?".Fiqih bertanya hati-hati.
"Alhamdulillah gak ada kendala apa-apa dia cuma butuh istirahat dan malam ini dia udah bisa pulang cuma luka ditangannya yang butuh cek setiap hari".Setelah menjelskan kepda Fiqih Dokter Benny berlalu. Sementara Fiqih masih bingung kalau altha siuman dan dia bakal jawab apa.
Sepeninggal dokter Benny fiqih duduk disamping tempat tidur Altha.Dia menatap gadis itu dengan segenap rasa bersalah tapi bukan cuma rasa bersalah tapi juga rasa lain yang dia sendiri tidak ngerti itu apa.Tak berselang lama Altha terbagun dan gadis tampak bingung dengan keadaan sekelilingnya.Melihat Altha dah membuka mata fiqih tersenyum.
"Alhamdullillah kamu dah siuman".
"Aku dimana?kamu siapa?".Altha bingung karena sama sekali dia gak mengenali fiqih yang duduk disampingnya.
"Maaf kamu dirumah sakit,tadi aku nabrak kamu dan kaum pingsan dan aku bawa kesini,aku fiqih".Fiqih menjelaskan apa yang terjadi dan memperkenalkan diri ama altha yang disambuta altha.
"Aku Altha".Altha diam dan mencoba mengingat kejadian tadi pagi samar-samar dia mengingat kejadiannya dan langsung ingat akan adek kembarnya dirumah.
"Ini dah jam berapa?".Altha bertanya sambil berusaha untuk duduk yang kemudian dibantu fiqih.
"Jam empat sore".fiqih menjawab sambil melihat jam dipergelangan tangannya.
"Jam empat?".Altha tampak panik karena dia harus pulang kalu tidak kasian adik-adiknya kebingungan menunggunya.dia mencoba berdiri tapi kepalanya masih ngilu banget dan akhirnya
dia kembali duduk ditepi tempat tidurnya.
"Kamu sabar aja dulu hari ini kamu dah bisa pulang kok".
"iya nak hari ini kamu dah bisa pulang kok,om dah urus semuanya dan ini obat buat kamu selama sebelum waktu chek in".Papa fiqih memotong ucapan Fiqih sambil tersenyum kearah Altha.Dan dibelakangnya terlihat dokter Benny yang juga tersenyum.
Tapi yang mengagetkan Fiqih adalah kedatangan mamanya yang tersenyum sambil melangkah kerah tempat tidur Altha.
"Mama...!".Fiqih berdiri melihat mamanya datang dia sedikit takut karena mamanya selama ini trkenal selalu slah menilai orang.Jadi dia takut maminya memarahi altha karena kecelakaan ini bukan kesalahan altha.
"Kok tegang gitu emangnya mama ini monster ya".Bu selva memegang pundak puteranya sambil bertanya.
"Gimana keadaannya qih?".
"Alhamdulillah ma dia dah bisa pulang".
"Mama tau darimna ma?".Fiqih masih penasaran yang kemudian dijawab papanya smbil tersenyum.
"tadi papa yang kasih tau mama kok".Kemudian Bu selva menatap Altha dan berjalan kearah altha.dia terkesiap saat altha menatap matanya dia seprti sangat kenal dengan tatapan itu.Dia mundur dan mencoba mengingat apa yang berhubungan dengan masa lalunya.Masa lalu dengan sahabat dekatnya "Funnisa ya mata itu mirip mata Funnisa ah mungkinkah gadis ini anaknya funnisa sahabatku" hatinya bergumam.
"Pa kenapa mama merasa kenal dengan gadis ini pa?".Dia berbisik pada suaminya.
"Maksud mama?".Tanya pak Gunawan tak mengerti.
"Matanya pa,tatapannya mirip sahabt mama Funnisa".Dia menjelaskan.
Sementara fiqih cuma terdiam melihat papa dan mamanya bisik-bisik dia gak tau apa yang jadi pembicaraan mamanya.Lalu tampak Bu selva kembali melangkah kearah Altha dan duduk di tepian tempat tidur altha.
"Nama kamu siapa?".tanyanya.
"Alth bu,,".
"Lengkapnya".
"Lengkapnya Altha Funnisa Sholihan".Altha menjawab dengan sedikit gugup.Bu selva tersentak mendengar jawaban Altha.
"Nama ibumu?".Bu selva kembali bertanya semebtara orang-orang yang ada disana bingung gak tau maksud bu selva.
"Funnisa bu".Jawab altha yang semakin tak megerti.
"Apakah ayahmu bernama Muhammad Sholeh?".
"Ya bu.."
"Dia seorang guru SD dan meninggal karena kecelakaan kereta api".Altha tak sanggup menjawab pertayaan mamanya Fiqih.Dia menangis kembali ingat kejadian yang menimpa orangtuanya empat tahun silam.sementara Bu selva semakin yakin inilah anak yang telah lima belas tahun dicarinya.Anak sahabatnya semasa SMP.Ibu altha adalah sahabatnya dan sebelum berpisah waktu smp mereka pernah berjanji akan tetap menjadi sahabat sampai mati.Tapi karena bu selva ikut orang tuanya kejakarta dan gak pernah bertemu sahabatnya lagi sehingga terdengar kbar kalau sahabatnya telah meniggal dengan meninggalkan seorang puteri dengan dua adik kembarnya.Lalu Bu selva teringat kaalung dilehernya dan bertanya pada Altaha.
"Apakah ibumu pernah meninggalkan kalung seperti ini?".Altha melihatnya dengan kaget dan mengeluarkan kalung yang ada didalam dompenya.Ternya kalung itu sama dengan inisia 's' dan 'f' Bu selva kaget dan haru sambil memeluk Altha yang terbengong-bengong.
"Kamu adalah anak sahabatku Altha".saat bu selva bicara begitu barulah seisi ruangan mengerti akan keadaan yang sebenarnya.
"Mulai hari ini kamu tinggal dirumah mama".Bu selva membiasakan dirinya dengan panggilan mama pada Altha.Karena dia akan membawa Altha dan dua adiknya untuk tinggal dirumahnya dan dengan harapan akan menjadi anak dan menantunya.
Sore itu juga altha dan adiknya diboyong kerumah Bu selva dan Pak Gunawan yang menjadi orang tuanya yang akan membantunya meraih puncak mmpinya yang dulu telah terlajur menjulang tinggi.
(Buat mas rohmat maaf pinjam nama puterinya dan da Fiqih pinjam namanya ya,,,,,don't angry with me please,,,,,,,,,)

SELAMAT MEMBACA








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Comment :)

Timer

About

Seseorang yang sedang belajar menulis, masih belajar dan terus belajar.

The Visitor of My Blogs

Flag Counter